Home / Hikmah / Media NU & Pesantren di Era Hoax

Media NU & Pesantren di Era Hoax

KH Ahmad Ulinnuha Media
KH Ahmad Ulinnuha

Media apakah yang saat ini paling banyak dibaca oleh penghuni planet ini? Jawabannya adalah WhatsApp, Facebook, Instagram dan Twitter. Tapi tahukah Anda bahwa media tersebut tak punya satupun wartawan atau jajaran redaksi?

Pada masa lalu, ketika seseorang ingin mendapatkan informasi aktual, mereka harus rela menempuh jarak beberapa ratus meter atau beberapa kilo meter menuju kios penjual koran. Tapi dunia tak lagi sama setelah televisi hadir di rumah-rumah kita, dan itu memaksa para penjaja koran untuk mendatangi rumah-rumah pembaca sejak pagi-pagi buta.

Tapi sejak kehadiran internet, yang di susul dengan lahirnya blog dan media sosial, cara-cara lama dalam membaca berita sudah benar-benar ditinggalkan: duduk santai sambil membaca koran dengan secangkir kopi di meja, bengong di depan televisi atau melongo membaca berita di depan layar hp atau komputer,semuanya telah lewat.

Generasi kita saat ini bukan lagi pembaca berita pasif, bahkan juga bukan sekadar pembaca berita aktif, akan tetapi kini kita hidup di era di mana kita semua adalah pencipta berita itu sendiri, melalui blog atau media sosial, dengan gadget yang selalu berada di genggaman.

Kita semua, disadari atau tidak, sesungguhnya adalah wartawannya WhatsApp, Facebook, Twitter, dan teman-temannya. Ketika pengguna kedua media sosial tersebut sampai pada angka miliaran, berarti keduanya juga memiliki miliaran wartawan yang bersedia menulis dan menyebarkan apapun di dua situs itu tanpa harus dibayar sepeserpun.

Fenomena ini kemudian memaksa media-media mainstream untuk juga ikut bergabung di belantara media sosial ini, untuk secara sukarela membagikan konten-konten mereka kepada pembaca. Jadi kini bukan kita yang harus mencari berita, tapi beritalah yang mencari dan mengejar-ngejar kita.

Tapi, betapapun konten-konten yang disuguhkan oleh media-media mainstream itu datang begitu saja menghampiri kita, berseliweran di dinding Facebook dan lini masa Twitter kita, toh kita tak pernah benar-benar suka membacanya. Karena zaman ketika seseorang bisa didikte oleh konten informasi sudah lewat. Kini zamannya masing-masing orang membuat kontennya sendiri, dan dari sini lahirlah era hoax.

Maka, pertanyaan yang kini relevan untuk dikemukakan adalah, di era revolusi media yang luar biasa seperti ini, di manakah posisi media-media pesantren? Peran seperti apa yang seharusnya mereka ambil dan mainkan? Dan bagaimana caranya mereka bisa menjadi populer tanpa harus ikut tenggelam di dalam belantara hoax?
Para pelaku media NU dan pesantren dituntut untuk segera memberikan jawaban terhadap tantangan-tantangan hebat ini.

Sumber Thumbnail

About The Author

Tentang pengurus

Lembaga Infokom dan Publikasi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Ngawi.

Lihat Juga

Ini Bahaya Fitnah terhadap Ulama dan Orang Saleh

Para kiai dan orang-orang saleh sering menjadi sasaran buruk sangka dan ujaran kebencian yang menyebar …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *